Setelah peluncurannya beberapa hari yang lalu, sekitar tanggal 23 November 2010, aplikasi buatan Apps Foundry, Scoop ternyata mengikuti jejak aplikasi buatan Apps Foundry sebelumnya, dan menjadi salah satu aplikasi gratis paling populer di Apple App Store (Indonesia).
Apps Foundry merupakan salah satu startup yang mendapatkan investasi dari East Ventures bersama dengan Urbanesia, Tokopedia, Scraplr, PriceArea, dan Foound (Singapura). Apps Foundry sendiri berbasis di Singapura-Jakarta dan berfokus pada pengembangan aplikasi perangkat bergerak mulai dari iPhone, iPad, Blackberry dan Android. Scoop merupakan aplikasi iPad yang bisa digunakan untuk membaca majalah, Scoop saat ini menyediakan berbagai edisi majalah yang didistribusikan di Indonesia dan Malaysia.
Seperti yang dijelaskan oleh Wilson dari Apps Foundry, aplikasi iPad Scoop sejak kemunculannya mendapatkan sambutan yang cukup baik, selama dua hari setelah diluncurkan, Scoop menjadi aplikasi gratisan yang berada di posisi pertama, untuk aplikasi iPad di app store (ID). Ini mengingatkan kita pada aplikasi lain buatan Apps Foundry, aplikasi Kaskus untuk iPhone, yang juga menjadi salah satu aplikasi paling populer setelah beberapa hari diluncurkan.
Untuk informasi statistik singkat lainnya, selama periode 23 November sampai dengan 30 November 2010, Scoop telah menyediakan terbitan dari 25 penerbit majalah yang bisa diunduh, baik itu yang tersedia secara gratis atau majalah yang bisa dibeli oleh pengguna.
Dalam rentang waktu seminggu tersebut, Wilson juga menjelaskan beberapa statistik untuk Scoop, antara lain, Scoop telah diakses oleh 1.850 unique iPad devices. Jumlah majalah yang telah diunduh selama seminggu adalah 12.500 majalah, dengan rata-rata jumlah halaman yang dibaca adalah 40 halaman/bacaan/majalah, serta telah mendapatkan 600.000 pageview.
Untuk pengalaman penggunaan sendiri, meski saya tidak memiliki iPad, kebetulan teman-teman di HackerSpaceBDG ada yang memiliki iPad, saya mencoba mengunduh Scoop setelah satu hari diluncurkan. Pada awalnya proses unduhan majalah sangat lambat, namun setelah beberapa hari rilis, proses unduhan satu majalah rata-rata sekitar 20 menit. Proses membaca majalah juga cukup menyenangkan, meski memang tidak ada unsur tambahan lain karena hanya bersifat seperti e-reader biasa, Anda bisa membalik halaman majalah dengan cara ‘page flip’ atau melakukan tap pada bagian sisi majalah. Untuk review tambahan Anda bisa membaca artikel di e27 pada tautan ini.
Salah satu keuntungan yang diberikan Scoop adalah menyediakan berbagai majalah pada satu tempat, pertumbuhan iPad juga akan bertambah karena baru-baru ini secara resmi iPad telah tersedia di Apple Store secara online. Jika sebelum masuk resmi saja sudah banyak pengguna iPad, bisa dipastikan pertumbuhannya akan terus meningkat ketika konsumen bisa membeli secara langsung di pasar lokal.
Untuk media terbitan lokal memang beberapa sudah mencoba memasuki pasar yang diciptakan iPad, seperti misalnya Kompas yang menjadi salah satu pelopor media lokal yang menyediakan edisi mereka bagi para pengguna iPad. Industri terbitan/cetak memang menarik untuk dicermati, terutama untuk hubungannya dengan perkembangan internet, dampak menurunnya pertumbuhan dari industri cetak menjadi salah satu ‘korban’ dari tumbuhnya konten yang bisa diakses secara online. Kemunculan iPad membawa babak baru bagi para penerbit untuk masuk ke wilayah digital.
Selain berbagai majalah cetak yang telah tersedia dengan meluncurkan edisi iPad, untuk penerbit internasional, Virgin Digital Publishing (Richard Branson) juga beberapa hari yang lalu telah secara resmi meluncurkan majalah iPad pertama mereka bernama Project. Para pengamat teknologi dan media juga sedang menunggu ‘koran iPad’ keluaran taipan media Rupert Murdoch, The Daily, yang dikabarkan juga akan segera diluncurkan.
Kembali lagi ke Apps Foundry, sepertinya pemilihan untuk mengeluarkan produk bagi perangkat bergerak, khususnya iPad adalah pilihan yang cukup matang, dengan dukungan tim dibelakangnya (salah satunya Wilson Cuaca sebagai salah satu pengembang aplikasi mobile), pada awal peluncuran Scoop cukup menjanjikan, kini tinggal melihat adopsi pengguna mereka terutama untuk terbitan edisi malajah selanjutnya, dan bagaimana Scoop bisa mensiasati harga jual majalah mereka (sekitar $1.99-$4.99) untuk satu edisi yang sebenarnya masih tidak jauh berbeda dengan edisi majalah cetak/fisik.
Apakah para pembaca CUKUP KLIK SAJA ada yang sudah mencoba Scoop di iPad Anda? Bagaimana pendapat Anda dan pengalaman menggunakannya? Pendapat Anda bisa dituliskan pada kolom komentar.
Apps Foundry merupakan salah satu startup yang mendapatkan investasi dari East Ventures bersama dengan Urbanesia, Tokopedia, Scraplr, PriceArea, dan Foound (Singapura). Apps Foundry sendiri berbasis di Singapura-Jakarta dan berfokus pada pengembangan aplikasi perangkat bergerak mulai dari iPhone, iPad, Blackberry dan Android. Scoop merupakan aplikasi iPad yang bisa digunakan untuk membaca majalah, Scoop saat ini menyediakan berbagai edisi majalah yang didistribusikan di Indonesia dan Malaysia.
Seperti yang dijelaskan oleh Wilson dari Apps Foundry, aplikasi iPad Scoop sejak kemunculannya mendapatkan sambutan yang cukup baik, selama dua hari setelah diluncurkan, Scoop menjadi aplikasi gratisan yang berada di posisi pertama, untuk aplikasi iPad di app store (ID). Ini mengingatkan kita pada aplikasi lain buatan Apps Foundry, aplikasi Kaskus untuk iPhone, yang juga menjadi salah satu aplikasi paling populer setelah beberapa hari diluncurkan.
Untuk informasi statistik singkat lainnya, selama periode 23 November sampai dengan 30 November 2010, Scoop telah menyediakan terbitan dari 25 penerbit majalah yang bisa diunduh, baik itu yang tersedia secara gratis atau majalah yang bisa dibeli oleh pengguna.
Dalam rentang waktu seminggu tersebut, Wilson juga menjelaskan beberapa statistik untuk Scoop, antara lain, Scoop telah diakses oleh 1.850 unique iPad devices. Jumlah majalah yang telah diunduh selama seminggu adalah 12.500 majalah, dengan rata-rata jumlah halaman yang dibaca adalah 40 halaman/bacaan/majalah, serta telah mendapatkan 600.000 pageview.
Untuk pengalaman penggunaan sendiri, meski saya tidak memiliki iPad, kebetulan teman-teman di HackerSpaceBDG ada yang memiliki iPad, saya mencoba mengunduh Scoop setelah satu hari diluncurkan. Pada awalnya proses unduhan majalah sangat lambat, namun setelah beberapa hari rilis, proses unduhan satu majalah rata-rata sekitar 20 menit. Proses membaca majalah juga cukup menyenangkan, meski memang tidak ada unsur tambahan lain karena hanya bersifat seperti e-reader biasa, Anda bisa membalik halaman majalah dengan cara ‘page flip’ atau melakukan tap pada bagian sisi majalah. Untuk review tambahan Anda bisa membaca artikel di e27 pada tautan ini.
Salah satu keuntungan yang diberikan Scoop adalah menyediakan berbagai majalah pada satu tempat, pertumbuhan iPad juga akan bertambah karena baru-baru ini secara resmi iPad telah tersedia di Apple Store secara online. Jika sebelum masuk resmi saja sudah banyak pengguna iPad, bisa dipastikan pertumbuhannya akan terus meningkat ketika konsumen bisa membeli secara langsung di pasar lokal.
Untuk media terbitan lokal memang beberapa sudah mencoba memasuki pasar yang diciptakan iPad, seperti misalnya Kompas yang menjadi salah satu pelopor media lokal yang menyediakan edisi mereka bagi para pengguna iPad. Industri terbitan/cetak memang menarik untuk dicermati, terutama untuk hubungannya dengan perkembangan internet, dampak menurunnya pertumbuhan dari industri cetak menjadi salah satu ‘korban’ dari tumbuhnya konten yang bisa diakses secara online. Kemunculan iPad membawa babak baru bagi para penerbit untuk masuk ke wilayah digital.
Selain berbagai majalah cetak yang telah tersedia dengan meluncurkan edisi iPad, untuk penerbit internasional, Virgin Digital Publishing (Richard Branson) juga beberapa hari yang lalu telah secara resmi meluncurkan majalah iPad pertama mereka bernama Project. Para pengamat teknologi dan media juga sedang menunggu ‘koran iPad’ keluaran taipan media Rupert Murdoch, The Daily, yang dikabarkan juga akan segera diluncurkan.
Kembali lagi ke Apps Foundry, sepertinya pemilihan untuk mengeluarkan produk bagi perangkat bergerak, khususnya iPad adalah pilihan yang cukup matang, dengan dukungan tim dibelakangnya (salah satunya Wilson Cuaca sebagai salah satu pengembang aplikasi mobile), pada awal peluncuran Scoop cukup menjanjikan, kini tinggal melihat adopsi pengguna mereka terutama untuk terbitan edisi malajah selanjutnya, dan bagaimana Scoop bisa mensiasati harga jual majalah mereka (sekitar $1.99-$4.99) untuk satu edisi yang sebenarnya masih tidak jauh berbeda dengan edisi majalah cetak/fisik.
Apakah para pembaca CUKUP KLIK SAJA ada yang sudah mencoba Scoop di iPad Anda? Bagaimana pendapat Anda dan pengalaman menggunakannya? Pendapat Anda bisa dituliskan pada kolom komentar.
0 komentar:
Posting Komentar